Influencer marketing kini bukan sekadar tren, tapi jadi bagian penting dari influencer marketing strategy di pemasaran digital.
Namun, masih banyak brand yang terjebak pada asumsi semakin besar jumlah followers dari seorang influencer, semakin besar ROI nya. Akibatnya, tidak sedikit influencer mematok harga tinggi hanya berdasarkan angka, bukan kualitas pengaruh yang sebenarnya.
Padahal, keberhasilan sebuah digital campaign tidak ditentukan oleh jumlah followers semata. Dengan menggunakan tipe dan karakteristik KOL yang tepat di setiap tahap funnel, brand dapat membangun awareness hingga mendorong konversi secara lebih efisien.
Artikel ini akan membahas bagaimana pembagian peran influencer di tahap TOFU, MOFU, dan BOFU, serta cara cepat menyusun influencer marketing strategy yang relevan dengan kebutuhan brand.
Tier – Tier Influencer yang Perlu Diketahui Sebelum Kolaborasi
Sebelum menentukan influencer yang tepat untuk objective campaign, ,penting untuk memahami tier influencer. Biasanya dibagi berdasarkan jumlah follower yang mereka miliki:
- Nano influencer (1.000–10.000 followers) punya audiens kecil tapi engagement rate yang lebih tinggi. Rekomendasi mereka biasanya terasa lebih jujur dan personal.
- Micro influencer (10.000–100.000 followers) menawarkan balance antara reach dan engagement, sehingga sering jadi pilihan utama brand.
- Mid-tier influencer (100.000–500.000 followers) cocok untuk memperluas exposure, meski interaksinya tidak sepersonal tier di bawahnya.
- Macro influencer (500.000–1.000.000 followers) atau selebgram efektif untuk mendorong awareness dengan cepat.
- Mega influencer (1 juta+ followers) umumnya sudah masuk kategori selebritas, dengan jangkauan yang sangat masif.
Tier influencer saling melengkapi sesuai kebutuhan dan bergantung pada tujuan kampanye, apakah ingin membangun engagement, awareness, atau sales dalam skala besar.
TOFU: Mega KOL untuk Membangun Awareness
Top of Funnel (TOFU) berfokus memperkenalkan brand ke audiens seluas mungkin. Pada tahap ini, tujuan utama brand bukanlah sales melainkan visibility dan brand recall.
Mega KOL dengan jangkauan audiens yang besar sangat efektif digunakan di fase ini. Kehadiran mereka membantu brand tampil di hadapan market yang lebih luas dalam waktu singkat.
Konten yang biasanya bekerja optimal di tahap TOFU adalah konten yang ringan, relatable, dan mudah dikonsumsi seperti storytelling, lifestyle content, atau brand mention yang natural.
Di tahap ini, brand mulai membangun kesan pertama. Semakin relevan pesan yang disampaikan, semakin besar peluang audiens untuk melanjutkan ke tahap berikutnya.
MOFU: Mid-tier & Niche Creator untuk Edukasi
Middle of Funnel (MOFU) adalah fase ketika audiens mulai menunjukkan ketertarikan dan ingin tahu lebih dalam. Mereka sudah mengenal brand, namun masih membutuhkan alasan yang kuat untuk percaya dan mempertimbangkan.
Mid-tier dan niche creator memainkan peran penting di tahap ini. Dengan audience yang lebih spesifik dan engagement yang cenderung lebih tinggi, mereka efektif untuk menyampaikan konten edukatif seperti product review, tutorial, pengalaman penggunaan, atau penjelasan value proposition brand.
Konten MOFU yang baik membantu audiens memahami bagaimana produk atau layanan brand dapat menjawab kebutuhan mereka secara nyata.
BOFU: Micro & Nano KOL untuk Mendorong Konversi
Bottom of Funnel (BOFU) adalah tahap paling krusial karena audiens sudah berada di fase siap mengambil keputusan. Yang dibutuhkan bukan lagi awareness, melainkan dorongan untuk melakukan aksi.
Micro dan nano KOL memiliki hubungan yang lebih dekat dengan audiensnya. Rekomendasi mereka terasa personal dan autentik, sehingga sangat efektif untuk mendorong konversi. Konten seperti testimoni, promo code, call-to-action yang jelas, hingga sharing pengalaman personal biasanya bekerja sangat baik di tahap ini.
Meski skalanya lebih kecil, dampak BOFU influencer sering kali lebih terukur dan langsung terasa pada performa penjualan.
Baca juga: 7 Strategi Memilih Influencer yang Tepat untuk Brand Kamu
Cara Cepat Pilih Strategi Full Funnel Influencer Marketing
Langkah pertama adalah memahami objektif campaign secara jelas: apakah fokus pada awareness, consideration, atau conversion. Setelah itu, pilihlah peran influencer sesuai funnel dan pastikan pesan yang disampaikan konsisten di setiap tahap.
Gunakan data untuk membantu proses seleksi KOL mulai dari tier influencer, demografi audiens, hingga performa konten sebelumnya.
Full funnel influencer marketing membantu brand menjalankan campaign secara lebih relevan, dan efisien. Dengan memanfaatkan tipe KOL yang tepat di setiap tahap funnel, brand dapat membangun awareness, memberikan edukasi, dan mendorong konversi tanpa terasa memaksa.
Jika kamu membutuhkan bantuan untuk menemukan creator yang sesuai di setiap tahap funnel, kamu bisa cek melalui fitur Fair Analyzer untuk melihat lebih dari 150 juta + tier influencer, estimasi rate card, audience demography hingga sentimen audience.