Bagaimana Thought leadership Jadi Strategi B2B: Linkedin Creator is The New Trend

christine

Desember 12, 2025

thought leadership

Bisnis B2B memiliki nature yang berbeda dengan B2C dan cenderung lebih panjang dalam membuat keputusan. 

Berdasarkan data dari Linkedin Institute bahwa 95% B2B buyer tidak dalam in-market untuk melakukan purchasing, artinya kebanyakan B2B  tidak sedang aktif melakukan pembelian, namun mereka tetap melakukan aktivitas seperti komparasi  harga dan juga research.

Dikarenakan purchasing power yang lebih besar, keputusan pembelian di B2B  menjadi lebih hati – hati. Oleh sebab itu untuk B2B, sangat memerlukan consistency branding untuk  memperoleh kredibilitas. 

Akhir – akhir ini, ada salah satu strategi yang sedang naik daun yaitu B2B Marketing menggunakan Linkedin creator yang sudah mulai diadopsi oleh beberapa brand termasuk Fair sendiri. Strategi ini dinamakan thought leadership. 

Apa itu Strategi Thought Leadership

Dikutip dari Glints, thought leadership adalah penyampaian konten yang menunjukkan expertise, pengalaman, serta pemahaman mendalam seseorang di bidang tertentu.

Siapa itu thought leader? Thought leader adalah orang-orang yang dinilai ahli di bidangnya masing-masing, seperti CEO, konsultan, coach, head, atau specialist dalam suatu company/brand yang menekuni bidang tertentu.

Brand menggunakan strategi ini untuk memiliki  uniques selling point dibandingkan kompetitor. Dengan memiliki authority voice dari thought leadership brand menjadi lebih kredibel.

Cara B2B Memaksimalkan Strategi Thought Leadership

Thought leadership punya beberapa pilar konten utama yang bisa dipakai bisnis sebagai acuan.  Brand bisa meminta para thought leader untuk membuat konten dengan beberapa pillar seperti di bawah ini:

1. Hot take/ Industry  Opinion

Ini jenis konten ketika thought leader “angkat suara” soal apa yang sedang ramai di industri.Bukan sekadar ikut-ikutan, tapi memberi sudut pandang berbeda kadang sedikit kontra–arus.

Tujuannya: menunjukkan bahwa mereka paham konteks dan berani punya opini.

Contoh: “Semua orang bilang X itu masa depan. Tapi kalau lihat data dan pengalaman lapangan, yang terjadi sebenarnya beda.”

2. Data Driven Insight

Kamu bisa meminta para thought leader untuk memberikan topik  yang berbasis angka: tren, pola, benchmark, atau temuan unik yang nggak semua orang punya aksesnya. Data bikin brand terlihat credible, bukan sekadar berasumsi.

Contoh: “Dari 8.000 campaign yang saya analisis, ada pola unik: CTR naik kalau creator mid-tier pakai hook A dibanding B.”

3. Framework edukatif

Ini konten yang merangkum konsep rumit jadi sesuatu yang gampang diikuti. Biasanya berupa step-by-step, checklist, atau model 3–5 pilar.

Contoh: “Kalau mau evaluasi KOL, cukup pakai 3R Framework: Reach, Relevance, dan Real Impact.”

4. Real Pro

Format ini pakai cerita: apa masalahnya, kenapa muncul, dan solusi apa yang terbukti jalan.Orang suka karena relatable dan mudah dipraktekkan.

Contoh: “Brand FMCG X stuck karena creator fatigue. Setelah ganti pola distribusi KOL, CPR turun 40% dalam 2 minggu.”

5. Breakdown kasus/case study

Mirip storytelling, tapi formatnya lebih “analitis” apa yang dicoba  apa hasilnya  apa pembelajarannya.Cocok  untuk audience yang ingin dapat pemahaman / insight tapi tetap ringan dibaca.

Contoh: “Kami bandingkan dua strategi: micro vs mid KOL. Hasilnya? Yang mid punya ER lebih kecil, tapi CVR justru lebih stabil.”

Kenapa Linkedin Sangat Cocok Untuk Membangun Thought Leadership Dan Apa Itu Linkedin Creator

Sekarang sudah banyak bermunculan para expert di LinkedIn yang rutin membagikan insight menarik dan sangat valuable. Mereka inilah yang sering disebut sebagai LinkedIn Creator, atau dalam konteks yang lebih luas, thought leader.

1. Algoritma Linkedin Memprioritaskan Konten Valuable

Algoritma Linkedin dirancang untuk mempromosikan diskusi profesional, insight industri, dan perspektif yang bernilai. Konten thought leader jadi lebih relevan karena audiens Linkedin suka konten berbasis insight dan profesional world.

2. Audiensnya Diisi Decision-Makers

Mayoritas pengguna aktif LinkedIn adalah orang yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan. HR, manager, head, VP, hingga CEO. Ini sangat cocok dengan target audience  industri B2B. Sehingga konten  thought leader sangat valuable untuk mendorong kredibilitas bisnis 

3. Tempat Networking untuk Expert & Leaders

LinkedIn itu semacam “goldmine” networking untuk profesional lintas industri. Kamu bisa connect, engage, dan masuk radar para industry expert tanpa harus ketemu langsung melalui sharing professional insight. 

Brand yang kuat dengan strategi thought leadership bisa tumbuh lebih cepat karena kamu berada di ekosistem yang tepat. Brand bisa menarik lebih banyak leads magnet dengan cara in.

4. Kredibilitas Meningkat Karena Konteksnya Bermanfaat

Saat brand kamu membagikan insight berharga sudut pandang tertentu, orang langsung melihatnya dalam konteks profesional.Ini otomatis memperkuat trust dan kredibilitas terhadap diri kamu dan brand kamu bahkan bisa mendorong sales

Baca juga: Apa itu B2B Marketing: Arti, Strategi, Hingga Penerapan Influencer Marketing


Nah, Fair adalah salah satu brand yang sudah menjalankan strategi thought leadership secara konsisten. Sebagai influencer marketing platform paling advanced di Indonesia, Fair telah dipercaya oleh 8.000+ brand dan agency.

Kalau brand atau agency kamu membutuhkan tools yang bisa mensimplifikasi influencer marketing dari awal sampai akhir, berikut beberapa testimoni dari para thought leader Fair di LinkedIn.

Let’s Get A Deep-Dive Insights About Fair

You might be interested in

testing

admin

Desember 12, 2025